Bandung sekarang semakin banyak taman. Semakin seperti surga.

Saya sendiri merasakan, dalam taman yang rimbun berdaun seketika menjadi sebuah agora yang teramat megah.

Saya bangga, hanya beberapa langkah dari Gedung Sate, simbol ikonik kota ini– kita bisa menemukan hutan hujan kecil. Dengan oksigen segar tidak berbayar.

Seringkali saya menyerahkan pagi saya pada taman ini. Belajar, membaca, sarapan, berbincang, atau duduk diam menikmati hadiah dari proses besar kehidupan: bernapas.

Di kota sesesak Bandung, taman seperti ini begitu merupakan hadiah terbesar. Sekaligus obat bius paling indah: kita lupa sebentar gedung pengap bernama mall.

Kalau kita sempat mau memperhatikan. Taman sekarang bukan sekedar mencuci mata dengan tanaman. Taman merupakan ciri masyarakat beradab. Sebuah taman adalah sebuah agora.

Taman Lansia, salah satu taman kesukaan saya: di dalamnya setiap pagi selalu menjadi agora ideal. Karena ada satu titik yang menjadikannya panggung. Sekumpulan anak berlatih bernyanyi juga tari. Anak Pramuka berbaris. Remaja-remaja berlatih papan seluncur. Asah peran berteater. Pembahasan buku. Diskusi konspirasi. Pembahasan resep masakan. Dan akan ribuan daftar aktivitas jika dipanjangkan.

Istimewanya: orang hampir tidak akan pernah bisa melakukan itu semua dalam pengap bising bangunan mall.
Orang akan lebih memilih berinteraksi dengan layar kaca beberapa senti, dibanding berbagi pikiran dengan orang yang sedang dihadapannya. Nyanyian Sabrina khas dalam mall yang berulang membuat manusia lupa.

Maka mari kita hitung berapa banyak pentingnya taman dengan oksigen segar tak berbayar bagi kita:

  1. Kita akan menikmati pembicaraan dengan manusia tanpa terganggu bising nyanyian mendayu membosankan lagu-lagu daur ulang.
  2. Kita akan mendukung ekonomi kerakyatan, dengan cara berbelanja cuanki, kopi, rujak, dan ratusan daftar berikutnya.
  3. Kita akan mendapat udara segar tanpa freon.
  4. Kita akan sibuk berpikir lalu bertanya ke orang sekitar kita untuk meneruskan daftar ini. — artinya saya menyukseskan daftar nomor satu.

Tapi daftar dengan nomor paling besar akan berisi: Taman adalah esensial bagi kota. Karena taman memanusiakan manusia urban. Taman memaksa dagu manusia terangkat, berhenti menjadi manusia yang tertunduk memandangi jempol.

Daftar yang kemudian harus berhenti pada poin paling penting: Terima kasih Kang Emil. Mengingatkan kembali asalinya kami. Berbicara interaksi satu sama lain. Menikmati udara segar tanpa membeli. Dan mengangkat dagu kami agar tidak tertunduk. Mengingatkan sebenar-benarnya, bahwa ada kegembiraan lebih banyak dengan dagu terangkat dan berbicara dengan manusia lainnya.

Foto diambil dari: https://backpackercantik.wordpress.com/tag/taman-lansia/

2 thoughts on “Agora Megah: Terima Kasih, Kang Emil

  1. “Taman adalah esensial bagi kota. Karena taman memanusiakan manusia urban. Taman memaksa dagu manusia terangkat, berhenti menjadi manusia yang tertunduk memandangi jempol.”
    Suka alinea di atas, overall tulisannya baguuuusss skalian promote ke Kang Emil aaahhh….

    Liked by 1 person

  2. terkadang kita lupa untuk berterima kasih dari pemberiannya yang satu ini. untung masih ada orang baik yang mau membantu kita untuk mengingat kembali akan berterima kasih dan bersyukur.
    yaa.. melalui walikota kita ini šŸ™‚

    Like

Leave a comment