What if God was one of us? — One of Us – Joan Osborne

***

Saya teringat dengan ucapan yang selalu diucapkan sahabat saya, Winda: TERIMA KASIH ORANG BAIK– yang kemudian menjadi ucapan kesukaan saya juga.

Barusan saya bertemu dan bertukar pikiran ringan dengan dia. Intinya: siapa yang akan kita temui adalah manifestasi siapa kita.

Terima kasih orang baik.

Dia juga tadi mengatakan, betapa ia masih teramat kagum jika suatu kali menemui orang baik, atau mendengar ada orang baik– ternyata masih ada orang seperti itu.

Selepas itu, saya mendengar tanpa sengaja irisan lagu yang berkata ‘what if God was one of us?’

Lalu saya teringat Winda, dan ucapan terima kasih orang baik-nya.

Manusia, selalu belaku baik, seolah-olah baik membela penuh jiwa juga darah pada Tuhan yang mereka masing-masing percayai. Sampai lupa, jangan-jangan, Tuhan sedang menyamar menjadi manusia yang melintas di depan kita, lalu diam-diam menulis rapor yang ternyata kita tidak pernah tau ada mata pelajaran dengan objek pembelajaran: berlaku baik pada manusia lain.

Atau justru, saya berpikir juga– dan akan mengajak kalian berpikir bersama– segala kebaikan yang kita terima dari manusia lain, adalah Tuhan yang sedang menyamar. Atau jika tidak, tangan Tuhan yang sedang bekerja: menyelipkan kebaikan agar sesekali manusia merasa tentram dan bersyukur.

Terima kasih orang baik.

Kenapa perlu berterima kasih pada orang baik? Bukan berterima kasih pada orang yang satu organisasi atau satu ideologi?

Hablum minna naas. Sebuah kata kunci yang bisa jadi petunjuk: bahwa rahmat yang kita kejar dengan berkorban darah sendiri dan darah manusia lain, akan kosong artinya tanpa menjadi orang baik bagi orang lainnya.

Terima kasih orang baik bukan frase dengan bahasa filsafati kelas doktoral. Tapi bukan juga hanya kumpulan kata kacangan tanpa makna.

Terima kasih orang baik adalah sebuah kebaikan yang membentuk siklus. Ia ouroboros yang menelurkan sekaligus memakan lalu menelurkan lalu memakan dan jutaan kali seperti itu– kebaikan.

Mari menghitung.

Satu kali terima kasih pada orang baik, merupakan kebaikan. Artinya si-berterima kasih adalah orang baik. Lalu ia akan mendapatkan ucapan terima kasih dari orang baik lain karena telah menjadi orang baik. Lalu kita tidak akan pernah selesai menulis ini. Karena kebaikan mengular mengekor beranak menggurita tidak pernah selesai.

Tapi bukankah itu impian dari semua orang baik?

Saya belum baik, maka saya akan berandai setiap manusia yang saya temui adalah Tuhan yang menyamar agar rapor saya tidak pernah merah. Dan jika bukan, kebaikan tidak pernah merupakan yang percuma.

Baiklah, saya salah. Tuhan selalu berada diantara kita. Tapi orang baik yang kita temui bukan selalu Tuhan yang sedang menyamar. Kita tidak pernah mengetahui Tuhan sedang menyamar menjadi siapa kali ini.

Kuncinya adalah: berbaik hatilah dengan siapapun yang melintas di depanmu. Menjaga-jaga, siapa tahu Tuhan lah yang sedang menyamar.

Agar apa? Agar tidak pernah terputus ucapan terima kasih orang baik. Kebaikan yang mengular. Siklus yang tak terputus.

Terima kasih orang baik.

*untuk Winda Janurissa.

4 thoughts on “Terima Kasih Orang Baik

  1. Terima kasih telah menguntainya menjadi frasa yg berpanjang. karena dapat menterjemahkan kalimat yang pendek ini menjadi sebagian dari arti yang aku maksudkan hehehehe.. aku sendiri bingung menyusun artinya hahaha… ambigu

    Like

  2. Tulisannya bagus saya suka gaya penulisannya dan alurnya yang tenang tapi mengalir.

    Mungkin Tuhan memang sedang menyamar, atau mungkin juga aku, kamu, dan mereka adalah Tuhan? Tuhan Maha Segalanya dan di beberapa kitab suci dijelaskan Tuhan bersemayam didalam jiwa tiap insani. Yang jelas bahasa Tuhan adalah cinta kasih, dengan bahasa itu Ia berkomunikasi dg kita blm sampai menjangkauNya.

    Bakalan oke bgt nih kalo dibukukan. Let me know kalo2 udah jadi buku mb… 🙂

    Salam…

    Like

    1. Salam kenal (mbak/mas) Gitgit 😀 terimakasih banyaaak lho sudah mauan bacaaaa. Haaaa bukuuuuu >.< Gak kebayaaaang. Tp makasih banyaaak doanya dan responnyaaa *salim*

      Like

Leave a comment