Setiap suap makanan adalah kumpulan ribuan jerih payah

Siang hari ini tadi teramat sangat sungguh panas! Saya bingung makan apa yang tidak membuat badan saya makin panas. Melintas Dipatiukur, saya memutuskan untuk membeli jus kedai jus pangkalan Damri Dipatiukur. Satu cup tinggi jus mangga campur jeruk– yang biasanya saya membeli langganan disitu mangga campur nanas– meredakan panas meskipun sebentar. Jusnya kental, manisnya pas, tidak cawerang -encer- kalau kata orang sunda. Di sebelahnya ada beberapa tukang jajanan lain, yang tentu saja pernah saya jajani (dibaca: rewog). Kesukaan saya selain jus disitu adalah martabak telor! Jangan mengira martabak ini adalah martabak yang biasa dijual ketika malam berbarengan dengan martabak manis (disebut juga martabak bangka). Martabak ini dijual di tukang gorengan biasa yang menjual gehu, comro, bala-bala, tempe, dan sejenisnya. Jika kalian suka jajan di bakery yang menyediakan jajanan pasar, martabaknya mirip seperti itu. Dilipat kecil-kecil kotak. Namun yang berbeda, adonan di dalamnya penuh dengan telur! Tekstur telur! Ditambah irisan bawang daun yang mengumpul hijau dalam adonan. Sepertinya martabak telur ini menjadi best seller. Karena jam 10 pagi saja seluruh adonan sudah ludes dibeli. Harganya murah meriah ceria enak banyak besar-besar: cukup dua ribu rupiah dapat tiga biji! Dan enak!

Tapi bintang siang tadi belum diceritakan. Mumpung sudah sampai pangkalan Damri, saya memutuskan ngesot sedikit saja ke arah Tengku Angkasa! Mencari apa??? Gado-gado tentunyaaaaa!

    
Dari pangkalan Damri ambil jalan ke arah dago (patokannya Warunk Afriany), tidak jauh dari sana, belokan pertama ke kanan. Tidak jauh lagi dari sana, ada rumah dengan pagar warna hijau, dihiasi dengan ornamen merk kecap. Disitulah Gado-Gado Tengku Angkasa yang legendaris itu. Kata teman-teman ibu saya, tempat itu sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu. Menu utamanya: tentu saja gado-gado!

Jika bagi yang masih bingung membedakan antara gado-gado dan lotek. Perbedaan mendasarnya ada di bumbunya. Bumbu gado-gado dimasak lalu dituangkan pada sayur+kentang+lontong+tahu+telur. Sedangkan lotek, bumbunya diulek mentah dan dadak, lalu setelah bumbu siap, sayuran dicampurkan (bahasa sunda: digalo) ke dalam cowet berisi bumbu.

Dan Gado-gado Tengku Angkasa ini, satu kata: enak!

Bumbunya pekat pas. Sayurnya selalu segar sehabis diangkat dari rebusan (karena selalu habis laris). Juga potongan lontong yang pulen. Tahu dan telur yang lembut. Yang membuat makin segar: irisan selada (bahasa sunda: salada bokor).

  
Bagi yang tidak begitu suka bumbu kacang atau gado-gado. Rumah makan ini menyediakan juga beragam menu untuk ramesan nasi. Ayam, ikan, semur, pepesan, sayur lodeh, sayur asem, orek tempe, perkedel. Lengkap.

Saya tadi juga memesan selain gado-gado, (kesukaan saya) perkedel jagung yang pulen (bukan bakwan jagung ya). Berikut dengan ceker ayam dibumbu kecap yang mengkilap menggiurkan.

Peringatan: jika makan siang tempat ini akan teramat sangat penuh, sibuk, dan sesak.

Tapi, pada jam-jam tertentu, jika beruntung, kita akan menemui live music yang membawakan lagu-lagu bagus, dengan iringan musik yang juga bagus.

Tempatnya memang sederhana, tapi rasanya tidak sederhana. Yuk coba!

One thought on “#YasoJajan: Jajanan Pangkalan Damri dan Gado-Gado Tengku Angkasa

Leave a reply to harrypatra Cancel reply